Beranda | Artikel
Seandainya Anda Punya Gunung Emas – Syaikh Hasan bin Abdul Hamid Bukhari #NasehatUlama
Jumat, 3 Mei 2024

Beliau ʿAlaihiṣ Ṣalātu was Salām bersabda, “Tidaklah menyenangkanku…” Artinya, demi Allah, tidak akan membahagiakan dirinya seandainya beliau diberi emas sebesar gunung Uhud. Beliau bersabda, “Tidaklah membahagiakanku, jika aku punya emas sebesar gunung Uhud, lalu ada sisa satu dinar yang bermalam bersamaku…”

Jikalau emas sebesar gunung Uhud, berapa dinar semua itu? Banyak sekali, beribu-ribu jumlahnya! Namun beliau ʿAlaihiṣ Ṣalātu was Salām bersabda, “Seandainya aku punya emas sebesar gunung Uhud…” Emas itu benar-benar di tanganku, maka tidaklah tiba waktu malam dan tiba waktunya tidur, tapi masih tersisa satu dinar di tanganku… Nabi katakan, “Kecuali dinar yang aku pakai untuk membayar utang.” (HR. Bukhari) Yakni untuk melunasi utang jika beliau punya utang.

Pertanyaannya, apa yang beliau lakukan terhadap emas itu? Ke mana emas itu akan disalurkan? Jawabnya: Untuk semua bidang kehidupan yang akan mendekatkan kepada Allah; sebagiannya disalurkan dalam bentuk sedekah untuk para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, ada pula yang diberikan untuk memperkuat umat Islam, mempersiapkan perbekalan dan persiapan pasukan, serta memperkuat negeri-negeri kaum muslimin, sehingga pada akhirnya tidak ada emas yang dialokasikan untuk memperkaya diri sendiri.

Nabi ʿAlaihiṣ Ṣalātu was Salām bersabda, “Tidaklah menyenangkanku…” artinya bahwa sebenarnya itu tidak terjadi kepada beliau, beliau hanya berbicara tentang perasaan dalam hati, yang beliau jadikan sikap hakiki terhadap harta.

Sekarang, tanyakan diri Anda, andaikata itu hanya sekadar khayalan Anda dan mimpi Anda, jujur saja, apakah Anda senang jika bisa mengumpulkan banyak harta? Adapun bimbingan beliau ʿAlaihiṣ Ṣalātu was Salām, maka jawabannya tidak! Tidak akan membuat beliau senang, kemudian beliau juga tidak pernah memikirkannya.

Sekarang, mari kita renungkan bersama, bahwa banyak sekali mimpi kita ketika kita masih fakir, dan banyak cita-cita kita ketika kita belum punya harta dan kedudukan, maka tidaklah itu menjadi harapan dan mimpi melainkan karena perasaan dalam hati ini terkait dengannya. Lalu ketika perasaan dalam hati ini sudah terkait dengannya, maka itu menjadi titik kebahagiaan bagi seseorang, dengan sekadar memikirkan dan memimpikannya.

Lalu bagaimana jika itu menjadi nyata di tangannya? Ini akan membuatnya lupa diri, merasa nyaman dengannya, dan hatinya akan terkait dengannya. Memang benar, demikianlah keadaan manusia. Adapun bagi orang yang telah mencabut rasa itu dari hati, maka tidak akan membuatnya senang walau hanya sekadar memikirkan, membayangkan, memimpikan, dan mengkhayalkannya. Jika memikirkan, mengkhayalkan, memimpikan, dan membayangkan saja sama sekali tidak memicu kesenangan baginya, lalu apakah Anda mengira jika hal itu benar dia miliki lalu hatinya dan jiwanya akan tersibukkan dan terkait dengannya? Demi Allah, tidak sama sekali!

Hal ini bisa disaksikan dalam realita kehidupan Nabi ʿAlaihiṣ Ṣalātu was Salām, Nabi bersabda, “Tidaklah menyenangkanku, jika aku punya emas segunung Uhud lalu ada sisa satu dinar yang bermalam bersamaku…” “…kecuali dinar yang aku pakai untuk membayar utang.” (HR. Bukhari)
Demikian.

====

يَقَوْلُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: مَا يَسُرُّنِي يَعْنِي وَاللهِ لَنْ يُدَاخِلَهُ سُرُورٌ أَنَّهُ لَوْ أُوتِيَ مِثْلَ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا يَقُولُ: مَا يَسُرُّنِي أَنَّ لِي أُحُدًا ذَهَبًا يَبِيتُ عِنْدِي مِنْهُ دِينَارٌ

لَوْ كَانَ أُحُدٌ… مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا كَمْ يَكُونُ مِنَ الدَّنَانيرِ ؟ شَيءٌ عَظِيمٌ أُلُوفٌ مُؤَلَّفَةٌ لَكِنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مِثْلَ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا وَكَانَ بِيَدَيَّ فَإِنَّهُ لَنْ يَأْتِيَ عَلَيَّ الْمَسَاءُ وَيُدْرِكَنِي الْمَبِيتُ وَقَدْ بَقِيَ مِنْهُ دِينَارٌ عِنْدِي قَالَ: إِلَّا دِينَارًا أَرْصُدُهُ لِلدَّيْنِ – رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ يَعْنِي يَسُدُّ بِهِ دَينًا إِنْ كَانَ عَلَيْهِ

السُّؤَالُ مَاذَا سَيَفْعَلُ بِهِ؟ أَيْنَ سَيُصَرِّفُهُ ؟ الْجَوَابُ فِي كُلِّ مَصَارِفِ الْحَيَاةِ الَّتِي تُقَرِّبُ إِلَى اللهِ سَيَكُونُ شَيْئًا مِنَ الْقُرُوبَاتِ فِي الصَّدَقَاتِ فِي الْمَسَاكِينِ فِي أَصْحَابِ الْحَاجَاتِ سَيَكُونُ شَيْئًا مِنْ تَقْوِيَةِ الْمُسْلِمِينَ وَإِعْدَادِ الْعُدَّةِ وَتَجْهِيزِ الْجُيُوشِ وَتَقْوِيَةِ الْبِلَادِ الْإِسْلَامِ سَيَكُونُ مَصْرِفًا فِي النِّهَايَةِ لَيْسَ حَظًّا يَكْتَنِزُهُ لِنَفْسِهِ

يَقُولُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: مَا يَسُرُّنِي يَعْنِي حَقِيقَةً هُوَ مَا حَصَلَ لَهُ ذَلِكَ لَكِنَّهُ يَتَحَدَّثُ عَنْ مَشَاعِرِ الْقَلْبِ الَّذِي اتَّخَذَ مَوْقِفًا حَقِيقِيًّا تُجَاهَ الْمَالِ

فَالْآنَ اسْأَلْ نَفْسَكَ لَوْ كَانَ مُجَرَّدَ خَيَالٍ تَتَخَيَّلُهُ وَحُلُمًا تَحْلُمُ بِهِ صِدْقًا أَيَسُرُّكَ أَنْ يَجْتَمِعَ لَكَ مَالٌ وَفِيرٌ؟ أَمَّا هَدْيُهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فَكَانَ لَا لَنْ يَسُرَّهُ وَبِالتَّالِي فَلَنْ يُفَكِّرَ فِيهِ

أَدْرِكْ مَعِيَ الْآنَ أَنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْلَامِ الَّتِي نَحْلَمُهَا وَنَحْنُ فُقَرَاءُ وَأَنَّ كَثِيرًا مِنَ الْآمَالِ الَّتِي نُؤَمِّلُهَا وَنَحْنُ لَسْنَا مِنْ أَرْبَابِ الْغِنَى وَالْجَاهِ مَا كَانَتْ آمَالًا وَلَا أَحْلَامًا إِلَّا لِأَنَّ خَوَاطِرَ الْقُلُوبِ تَعَلَّقَتْ بِهَا فَلَمَّا تَعَلَّقَتْ بِهَا الْخَوَاطِرُ أَصْبَحَتْ مَحَلَّ سُرُورٍ يُسَرُّ بِهَا الْمَرْءُ بِمُجَرَّدِ التَّفْكِيرِ وَالْحُلُمِ

فَكَيْفَ إِذَا أَصْبَحَتْ حَقِيقَةً فِي يَدِهِ؟ سَيُجَنُّ بِهَا سَيَرْكَنُ لَهَا سَيَتَعَلَّقُ قَلْبُهُ بِهَا وَصِدْقًا هَذَا حَالُ النَّاسِ وَأَمَّا مَنْ نَزَعَهَا مِنْ قَلْبِهِ فَلَنْ يَسُرَّهُ مُجَرَّدُ التَّفْكِيرِ وَالْخَاطِرَةِ وَالْحُلُمِ وَالْخَيَالِ فَإِذَا كَانَ التَّفْكِيرُ وَالْخَيَالُ وَالْحُلُمُ وَالْخَوَاطِرُ لَنْ تَكُونَ أَبَدًا مَبْعَثَ سُرُورٍ أَتَظُنُّ أَنَّهَا إِنْ حَلَّتْ بِيَدِهِ سَيَشْتَغِلُ بِهَا الْقَلْبُ وَيَتَعَلَّقُ بِهَا الْفُؤَادُ؟ أَبَدًا وَاللهِ

وَهَذَا شَاهِدٌ مِنْ حَيَاتِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ يَقُولُ مَا يَسُرُّنِي أَنَّ لِي أُحُدًا ذَهَبًا يَبِيتُ عِنْدِي مِنْهُ دِينَارٌ قَالَ: إِلَّا دِينَارٌ أَرْصُدُهُ لِلدَّيْنِ – رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

نَعَمْ


Artikel asli: https://nasehat.net/seandainya-anda-punya-gunung-emas-syaikh-hasan-bin-abdul-hamid-bukhari-nasehatulama/